STUDI KONSERVASI
DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
OLEH :
NAFI
SAKILA
130302073
MSP/A
KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Studi Konservasi
Danau Limboto Kabupaten Gorontalo”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Ani Suryanti
S.Pi, M.Si sebagai Dosen Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan
yang telah membimbing dan memberikan ilmu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2016
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konservasi diartikan
sebagai upaya pengelolaan
sumber daya alam
secara bijaksana dengan
berpedoman pada asas
pelestarian. Sumber daya alam
adalah unsur-unsur hayati
yang terdiri dari
sumber daya alam
nabati (tumbuhan) dan sumber
daya alam hewani
(satwa) dengan unsur
non hayati di
sekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem. Pengertian ini
juga disebutkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia
tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya Pasal 1 Nomor
5 Tahun 1990
yaitu bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian
sumber daya alam
hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. (Zannah, 2014).
Danau adalah salah satu bentuk
ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi
dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia kepentingannya jauh
lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Untuk memenuhi kepentingan
manusia, lingkungan sekitar danau diubah untuk dicocokkan dengan cara hidup dan
bermukim manusia. Ruang dan tanah di sekitar kawasan ini dirombak untuk
menampung berbagai bentuk kegiatan manusia seperti permukiman, prasarana jalan,
saluran limbah rumah tangga, tanah pertanian, rekreasi dan sebagainya. Sehingga
seringkali terjadi pemanfaatan danau dan konservasi danau yang tidak berimbang,
dimana pemanfaatan danau lebih mendominasi sumberdaya alam danau dan kawasan
daerah aliran sungai (watershed). Hilangnya ekosistem danau mengakibatkan
kekurangan cadangan air tanah pada suatu kawasan/wilayah yang bakal mengancam
ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Akibatnya, keberlanjutan suatu lingkungan hidup yang didalamnya terdapat
manusia dan alam terancam tak dapat berlanjut (Kumurur, 2002).
Danau Limboto berperan sangat
penting dalam pengendalian keseimbangan air di sekitar wilayah DAS Danau
Limboto pada musim kemarau maupun musim penghujan. Fungsi danau saat ini sudah
tidak sesuai lagi dengan peruntukannya, karena telah terjadi proses percepatan
pendangkalan dan penyuburan. Kondisi yang terjadi pada saat ini tidak terlepas
dari aktivitas masyarakat sekitar yang berkaitan dengan kegiatan perladangan
berpindah yang telah berlangsung lama. Akibatnya terjadi kerusakan lingkungan
yang ditandai adanya erosi, banjir pada musim hujan, dan kekeringan pada musim
kemarau di wilayah Gorontalo. Dampak langsung yang terjadi pada perairan Danau
Limboto saat ini sudah terlihat seperti pendangkalan dan eutrofikasi sebagai
akibat meningkatnya nutrien dan zat pencemar ke badan perairan danau. Cepatnya
proses penyuburan dan sedimentasi di Danau Limboto mengakibatkan fungsí utama
dari danau berkurang, seperti sebagai peredam banjir pada musim hujan dan
penyedia air pada musim kemarau, serta sebagai habitat beberapa jenis ikan (Suryono, dkk., 2010).
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui
Pemanfaatan Danau Limboto di Gorontalo.
2.
Mengetahui
permasalahan Danau Limboto di Gorontalo.
3.
Mengetahui upaya
konservasi yang dapat dilakukan terhadap Danau Limboto di Gorontalo.
Manfaat Penulisan
Manfaat
penulisan makalah ini adalah sebagai tugas
dalam penilaian mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan dan sebagai
bahan acuan serta sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
STUDI
KONSERVASI DANAU LIMBOTO DI GORONTALO
Pemanfaatan Danau Limboto
Danau Limboto terletak kurang lebih
3 km arah barat Kota Gorontalo, dan keberadaannya memiliki peran penting untuk
menunjang aktivitas masyarakat sekitarnya. Danau ini memiliki inlet dari
sekitar 23 sungai baik besar maupun kecil. Inlet utama adalah Sungai
Biyonga, Meluopo dan Alo-Pohu, sedangkan outlet utama adalah Sungai
Tapodu. Danau Limboto terletak di dataran rendah dengan elevasi 25 m di atas
permukaan laut. Luas perairan Danau Limboto pada tahun 1993 tercatat 3.022 ha
dengan kedalaman rata-rata 1,8 m, sedangkan di sekitar 50 tahun sebelumnya
kedalaman air Danau Limboto masih di atas 30 meter dengan luas hampir 8.000
hektar (Suryono, dkk., 2010).
Danau
Limboto merupakan habitat yang sering dikunjungi oleh burungburung migran yang
melakukan perjalanan jarak jauh antar benua. Selain itu juga sebagai habitat
bagi ikan. Ikan yang hidup di Danau Limboto tercatat sedikitnya sebanyak 17
spesies, yang terdiri dari sembilan spesies ikan asli dan delapan spesies ikan introduksi.
Ikan asli di danau ini antara lain ikan payangka (Ophiocora porocephala)
dan manggabai (Glossogobius giuris) yang kondisinya semakin terdesak
dengan dimasukkannya ikan introduksi seperti ikan mujaer (Oreochromis
mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), mas (Cyprinus carpio),
sepat siam (Trichogaster pectoralis), tawes (Barbonymus gonionotus),
nilem (Osteochilus hasselti). Ikan-ikan yang diintroduksi ini dimaksudkan
untuk menunjang produksi perikanan di danau ini. Untuk pengendalian gulma eceng
gondok (Eichornia crassipes) telah dipertimbangkan pula untuk
mengintroduksi ikan koan /grass carp (Ctenopharyngodon idella).
Namun di lain pihak, harus diperhatikan bahwa ikan yang diintroduksi itu
berpotensi untuk mendesak dan mengancam
kelestarian ikan-ikan asli (Anonymous, 2016).
Danau Limboto yang berfungsi sebagai
retarding basin sangat membantu mengurangi banjir yang terjadi di bagian
hilirnya. Danau limboto sendiri merupakan salah satu tempat mata pencaharian,
terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar/sekeliling danau yang
profesinya sebagai petani (sawah/ladang) dan nelayan/petani ikan (Firman,
2006).
Permasalahan Danau Limboto
Air yang masuk ke Danau Limboto
bersumber dari air hujan yang langsung jatuh ke danau dan air yang berasal dari
sungai-sungai yang masuk ke danau. Sungai-sungai yang mengalir dan bermuara ke
Danau Limboto terdapat sebanyak 23 sungai diantaranya Aloe, Marisa, Meluopo,
Biyonga, Bulota, Talubongo, Bolango, Pohu, Ritenga, Topodu. Anak sungai yang
terbesar adalah sungai Alo Molalahu dan Sungai Pohu. Dari seluruh sungai
tersebut hanya satu sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu sungai Biyonga.
Luas Danau Limboto dan kedalamannya telah mengalami perubahan yang signifikan
sesuai dengan perjalanan waktu. Pada tahun 1932 misalnya, luas danau sekitar
7.000 ha dengan kedalaman rata-rata sebesar 30 m. Pada tahun tahun 1961 luasnya
turun menjadi 4.250 ha dengan kedalaman rata-rata menjadi 10 m. Kemudian pada
tahun 2008 luasnya sudah menjadi 3.000 ha dengan kedalaman rata-rata tinggal
2,5 m. Pendangkalan yang terus menerus terjadi dari waktu ke waktu telah
menimbulkan kekhawatiran akan nasib danau ini di masa depan. Apabila
kecenderungan ini berjalan terus maka diperkirakan dalam beberapa dekade ke depan
danau ini sudah akan lenyap, berubah menjadi daratan (Anonymous, 2016).
Secara umum kerusakan yang terjadi
pada Ekosistem Danau Limboto adalah:
1. Pendangkalan
dan penyempitan danau yang telah merusak ekosistem danau, dan berdampak sangat
nyata dan mengkhawatirkan karena lambat laun status danau berubah menjadi rawa
dan selanjutnya menjadi lahan daratan
Gambar
1. Kondisi Konversi Lahan di Danau Limboto Trisakti dkk (2015)
dalam
KLH (2012)
2. Selain
perubahan luasan permukaan air, perlu juga diperhatikan pertambahan sebaran vegetasi
air di Danau Limboto. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2 terlihat bahwa
penyebaran vegetasi air (seperti eceng gondok), semakin bertambah luas dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2010, vegetasi air sudah menyebar sampai ke bagian
tengah Danau Limboto.
Gambar 2. Danau yang dipenuhi tumbuhan air dan banyaknya aktivitas manusia yang tekah melebihi daya dukung danau (Trisakti & Nugroho (2012)
3. Permasalahan fisik lainnya adalah
kualitas air danau menunjukkan beban pencemaran organik yang tinggi dari sumber
aliran yang melalui kawasan perkotaan. Akibat eutrofikasi berbagai
tanaman pengganggu tumbuh subur yang banyak menyerap air dan dapat mempercepat
pendangkalan danau. Masukan bahan organik dan hara ini menyebabkan kondisi
perairan danau menjadi subur. Akibatnya pertumbuhan gulma air semakin meningkat
sehingga mengganggu lalu lintas perairan, mengurangi nilai estetika, mengganggu
olahraga air dan menyebabkan kematian ikan akibat permukaan air tertutup oleh
lapisan alga sehingga mengurangi kandungan oksigen terlarut didalam air.
Pengelolaan dan Upaya Konservasi
Danau Limboto
Pengelolaan adalah suatu proses
dalam membuat kebijakan dan mengembangkan rencana kerja yang nyata dalam
kehidupan, sedangkan kebijakan sumberdaya
perikanan digambarkan dalam tujuan-tujuan umum dan bagaimanasumberdaya
harus dimanfaatkan, dikelola dan diatur. Mengelola sumberdaya sebenarnya
merupakan aktivitas konservasi agar manfaat sumberdaya tersebut bisa lestari.
Oleh karena itu dalam aktivitas pemanfaatan sumberdaya seharusnya dibarengi
dengan aktivitas pemeliharaan dan pencegahan kerusakan potensi sumber daya
tersebut, sehingga diperoleh hasil yang maksimum dan memenuhi kebutuhan
generasi sekarang serta generasi yang akan datang. Untuk mencapai tujuan
pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan atau konservasi maka aktivitas pengelolaan
harus dilandasi enam komponen penting yang mencakup nilai dan etika, dukungan
sistem hukum dan sangsi yang positif, pengembangan ekonomi sumberdaya yang
bersifat kerakyatan, dukungan perpaduan kajian IPTEK dan kearifan ekologis lokal
(K.E.L), sistem pengelolaan sumberdaya dilakukan secara partisipatif
(komanajemen) serta aktivitas seni dan budaya (Sulastri, 2012).
Menurut Igirisa (2016) Ada beberapa
cara untuk mencegah terjadinya pendangkalan danau yang terjadi akibat faktor
alami maupun manusia. Hal ini akan menghambat ataupun menghindari proses
ontogeni. Pencegahan ini dilakukan oleh beberapa orang yang sadar akan
pentingnya danau ataupun pemerintah yang akan membuat kebijakannya.
Pencegahannya adalah sebagai berikut:
Kebijakan nasional
Kebijakan
nasional dalam pengelolaan danau diperlukan sebagai landasan untuk mendorong
terlaksananya strategi maupun rencana aksi yang bertujuan untuk memantapkan
posisi dan fungsi danau sebagai sistem penyangga kehidupan bagi generasi kini
dan mendatang. Kebijakan ditetapkan berdasarkan
aspek-aspek pengelolaan yang akan mendukung terciptanya kondisi yang baik dari
danau di Indonesia. Kebijakan yang merupakan pengembangan wujud visi dan adalah
sebagai berikut: Konservasi, Rehabilitasi, dan Pemanfaatan yang Bijaksana.
Konservasi, rehabilitasi, dan pemanfaatan secara bijaksana (wise use) sangat
penting untuk tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan danau secara
berkelanjutan. Konservasi yang dimaksud meliputi kegiatan perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari untuk memelihara keberlanjutan
fungsi lingkungan sebagai penyangga kehidupan dan keanekaragaman hayatinya.
Rehabilitasi dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi danau
yang mengalami kerusakan. Karena sifat-sifat danau yang khas, rehabilitasi akan
membutuhkan persiapan-persiapan yang matang, masa pelaksanaannya sangat
panjang, dan biaya yang tinggi. Sekarang ini pupaya yang dilakukan
oleh pemerintah Provinsi Gorontalo untuk mengembalikan fungsi danau adalah
dengan menjalankan proyek pengerukkan danau limboto dengan
Total anggaran kurang lebih Rp 90 miliar lewat APBN.
Pemanfaatan yang bijaksana adalah pemanfaatan danau secara berkelanjutan
dengan tetap mempertahankan kekayaan alami ekosistem. Sedangkan pemanfaatan
yang berkelanjutan adalah cara manusia memanfaatkan suatu sumberdaya sehingga
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya untuk generasi kini sambil memelihara
berbagai potensinya untuk generasi mendatang.
Penanganan Erosi
Pendugaan
jumlah erosi dan sedimen yang terjadi dan masuk kedalam danau dengan
menggunakan model simulasi GeoWEPP (Geo-spasial Water Erosion Prediction
Project). GeoWEPP merupakan model fisik simulasi kontinyu yang dapat digunakan
untuk memperkirakan tingkat erosi yang terjadi di DAS karena GeoWEPP memiliki
kelebihan untuk memprediksi distribusi kehilangan tanah spasial dan temporal
untuk sebuah lereng atau titik tertentu pada suatu lereng secara harian,
bulanan atau rata-rata tahunan. Hasil keluaran dapat diekstrapolasi kedalam
kondisi yang lebih luas. Dengan kata lain, model GeoWEPP dapat memprediksi efek
in-site dan off site dari erosi tersebut. Dengan diketahuinya sumber erosi pada
danau maka akan dapat mencegah terjadinya erosi secara berkelanjutan yang akan
mengakibatkan pendangkalan danau.
Selain menggunakan alat yang dapat
mendeteksi erosi, penanganan erosi pun dapat dilakukan dengan reboisasi pada
DAS dan hutan sekitar danau agar daya serap air semakin banyak dan tidak
menyebabkan erosi, selain itu juga dapat mencegah sedimentasi kedanau. Setelah
mengetahui akan terjadinya erosi maka dilakukanlah penembokan atau reboisasi
disekitar danau / situ sebelum erosi terjadi.
Pengerukan Danau
Salah satu cara untuk mencegah
pendangkalan danau adalah dengan pengerukan danau. Apabila danau telah dinilai
mulai mengalami pendangkalan maka dilakukan pengerukan agar danau kembali
kekedalaman yang semestinya, sementara hasil pengerukan ini akan dijadikan
tanggul bantaran sungai agar tidak terjadi sedimentasi.
Kesadaran Masyarakat
Pendangkalan danau yang disebabkan
oleh manusia seperti pembuatan karamba jaring apung yang melewati ambang batas,
membuang sampah rumah tangga kedalam danau dan dijadikannya danau sebagai
pemukiman permanen dapat dicegah atau dikurangi dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya danau bagi kelangsungan hidup mereka. Jika perlu
dibuat peraturan yang melarang keras pembangunan pemukiman disekitar danau.
Pendekatan Sistem
Pendekatan
sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya
identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu
operasi sistem yang efektif (Eriyatno, 2007). Konsep sistem yang berlandaskan
pada unit keragaman dan selalu mencari keterpaduan antar komponen melalui
pemahaman secara holistik (menyeluruh) dan utuh, merupakan suatu alternative
pendekatan baru dalam memahami dunia nyata (Forester, 1971). Pendekatan sistem
disini dimaksudkan untuk dapat membangun model pengendalian pencemaran dari
limbah-limbah yang ada di sekitar danau. Sehingga pemanfaatan fungsi danau
dapat berkesinambungan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Danau
limboto sendiri merupakan salah satu tempat mata pencaharian, terutama bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar/sekeliling danau yang profesinya sebagai
petani (sawah/ladang) dan nelayan/petani ikan.
2.
Permasalahan Danau Limboto adalah pendangkalan
dan penyempitan danau yang telah merusak ekosistem danau, kualitas air danau
menunjukkan beban pencemaran organik yang tinggi dari sumber aliran yang
melalui kawasan perkotaan. Akibatnya pertumbuhan gulma air semakin meningkat
sehingga mengganggu lalu lintas perairan, mengurangi nilai estetika, mengganggu
olahraga air dan menyebabkan kematian ikan akibat permukaan air tertutup oleh
lapisan alga sehingga mengurangi kandungan oksigen terlarut didalam air.
3. Pengelolaan
dan Upaya Konservasi Danau meliputi Kebijakan yang
merupakan pengembangan wujud visi (konservasi, rehabilitasi,
dan pemanfaatan yang bijaksana, pendugaan
jumlah erosi dan sedimen yang terjadi dan masuk kedalam danau dengan
menggunakan model simulasi GeoWEPP (Geo-spasial Water Erosion Prediction
Project), salah satu cara untuk mencegah pendangkalan danau adalah dengan
pengerukan danau, kesadaran masyarakat, pendekatan sistem disini
dimaksudkan untuk dapat membangun model pengendalian pencemaran dari limbah-limbah
yang ada di sekitar danau, sehingga pemanfaatan fungsi danau dapat
berkesinambungan.
Saran
Danau Limboto sudah berabad-abad indah
dan menjadi saksi bisu sejarah yang menghidupi rakyat Gorontalo disekitar danau
dengan kekayaan flora dan faunanya. Danau Limboto merupakan bagian penting dari
ekosistem perairan kota Gorontalo. Jika permasalahan yang
ada tidak segera ditindaklanjuti maka akan berdampak pada ekologi, sosial, dan
ekonomi masyarakat. Sehingga diperlukan solusi untuk memecahkan masalah ini
yaitu konservasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aninomous.2016.DanauLimboto.http://www.limnologi.lipi.go.id/file/file_nonji/DANAU%20LIMBOTO.pdf.
Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2016.
Firman, M. 2006.
Studi Konservasi Danau Limboto Kabupaten
Gorontalo. Tesis. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Igirisa,N.2016.https://www.academia.edu/8474748/Danau_Limboto?auto=download.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016.
Kumurur, V. A.
2002. Aspek Strategis Pengelolaan Danau Tondano secara Terpadu. Jurnal Ekoton
Vol 2 (1): 73 – 80 ISSN 1412 – 3487.
Sulastri. 2012.
Konsep Pengelolaan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Danau Maninjau, Sumatera
Barat. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI, Bogor.
Suryono, T., S.
Sunanisari., E. Mulyana dan Rosidah. 2010. Tingkat Kesuburan dan Pencemaran
Danau Limboto, Gorontalo. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Kelautan di Indonesia
Vol 36 (1): 49 – 61 ISSN 0125-9830.
Trisakti, B dan
G. Nugroho. 2012. Standarisasi koreksi Data Satelit Multi Temporal dan Multi
Sensor (Landsat TM/ETM + dan Spot – 4). Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan
Data Citra Dijital Vol 9 (1).
Zannah, S. 2014.
Peran World Wide Fund for Nature (WWF) dalam Konesrvasi Gajah Sumatera di Taman
Nasional Tesso Nilo, Riau. Ejournal Ilmu Hubungan Internasional Vol 2 (1): 195
– 208 ISSN 0000 – 0000.
0 komentar:
Posting Komentar